METRO SUMATERA – Sebuah kasus pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok Coronavirus Disease (Covid-19) kini telah berkembang dan menyebar ke seluruh dunia. Hingga pada 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai kejadian pandemi.
Keputusan ini disampaikan secara langsung oleh Director-General WHO Dr. Tedros Adhanom Gebreyesus pada konferensi pers di Genewa, Swiss.
Setelah melakukan penilaian terhadap wabah dalam waktu yang lama, WHO pun akhirnya mengkarakterisasi Covid-19 sebagai kejadian pandemi.
WHO juga menjelaskan bahwa pandemi bukanlah pilihan kata yang dapat dengan mudah ditetapkan. Sebab pandemi adalah kata yang bila ditetapkan secara keliru dapat menyebabkan ketakutan yang tidak masuk akal serta mengarah pada penderitaan dan kematian yang tidak perlu.
Bila epidemi adalah wabah penyakit yang menyebar di area geografis yang luas, maka pandemi adalah wabah yang menyebar di area yang lebih luas lagi hingga hampir ke seluruh dunia. Tentunya kejadian pandemi Covid-19 ini menjadi tantangan yang berat. Tak hanya bagi sektor ekonomi tetapi juga bagi sektor energi. Permintaan energi global menurun salah satunya akibat dari kebijakan isolasi dan lockdown di berbagai negara.
Bagaimana bisa permintaan energi menurun? Bila dicermati, sehari-hari biasanya orang-orang akan berangkat kerja, anak sekolah pergi ke sekolah, dan kegiatan bepergian baik dalam negeri dan luar negeri, semua kegiatan tersebut menggunakan kendaraan. Baik motor, mobil, maupun pesawat. Namun sejak kebijakan lockdown, para pekerja serta anak sekolah menjalankan aktivitasnya dari rumah.
Kegiatan penerbangan pun sempat dibatasi beberapa waktu. Itu semua menyebabkan penurunan penggunaan bahan bakar dan menyebabkan turunnya permintaan energi. Dengan menurunnya permintaan energi, sementara produksinya tetap berjalan, menyebabkan anjloknya harga. Meskipun begitu, sebagai perusahaan energi migas, PT Medco Energi Internasional (MEI) Tbk yang tanggal Selasa 9 Juni 2020 lalu merayakan ulang tahun ke 40 tahun terus berupaya untuk bertahan dan memperkuat ketahanan energi serta roda bisnis perusahaan walaupun sedang dalam kondisi pandemi.
Robby Wijaya, Officer Community & Enhancement South Sumatra Region PT Medco E&P Indonesia mengatakan PT MEI ini adalah perusahan eksplorasi dan produksi yang bergerak dibidang hulu migas. Dimana sejak tahun 1980 ini komitmen perusahaan untuk terus memenuhi kebutuhan energi kepada masyarakat. “Kita terus melakukan eksplorasi lapangan baru dan pengembangan lapangan migas yang sudah ada,” ungkap Robby Wijaya, dalam webinar dengan wartawan di 6 kabupaten/kota di Sumatera Selatan dengan tema Komitmen Menjaga Ketahanan Energi saat Pandemi, Senin (14/12/2020).
Dijelaskan dia, PT MEI bekerja di Indonesia mulai dari lapangan Migas Aceh sampai ke Sulawesi. Ada 13 lapangan yang dikelola oleh Medco sendiri maupun yang dikelola bersama kontraktor Migas lainnya.
Untuk visi dan misi sendiri, dikatakan dia, perusahaan Medco adalah menjadi perusahaan energi pilihan dan misi perusahaan mencari dan mengembangkan secara inovatif sumber daya energi untuk meningkatkan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan atas stakeholder sejalan dengan standar etika dan standar lingkungan tertinggi dalam bekerja.
“Kami mempunyai tata nilai yang terdiri dari empat nilai yaitu profesional, etis, terbuka, dan inovatif,” ujar Robby Wijaya.
Lebih lanjut, menurut dia, bicara dengan operasi migas tidak lepas dengan masyarakat. Keberadaan perusahaan migas menjadi harapan di masyarakat sekitar. Makanya perusahaan berinvestasi mata pencaharian masyarakat dan lingkungan jangka panjang, demi memastikan secara aktif mendukung dan berkontribusi pada pembangunan positif masyarakat lokal.
Pembangunan masyarakat ini disesuaikan dengan kearifan lokal, sumber daya alam, sumber daya manusia, integratif dengan pemerintah atau instansi lain dan terlaksana secara sistemik.
“Perusahaan sudah mendesain sesuai dengan kebutuhan operasi dimana kami menyiapkan satu departemen khusus untuk memastikan keberadaan perusahaan membawa manfaat bagi masyarakat sekitar perusahaan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan ada beberapa contoh yang telah dilakukan Medco Energi yang sudah berjalan. Seperti, budidaya jamur dan lebah madu hutan. Untuk budidaya jamur sudah dilakukan dari tahun 2017. Melihat banyak kebun sawit itu, pihaknya mencoba mengembangkan usaha itu dan melimpahnya tandan kosong sawit serta banyaknya permintaan jamur. “Di Desa Lais, Musi Banyuasin sudah mampu memproduksi 2 kg per bulan dengan pendapatan Rp4 juta perbulannya,” jelas Robby.
Untuk produksi madu hutan madu hutan, madu hutan di konsep karena banyak sekali terjadi penebangan hutan secara liar dan orang membuka kebunnya dengan cara membakar ternyata sana ada kehidupannya yaitu lebah lebah, dan memberi manfaat untuk komunitas di sekitarnya.
“Kami kembangkan ini sehingga rekan-rekan kami di lapangan itu bisa mendapatkan keuntungan dari adanya mereka. Dan nilai jualnya yang sangat tinggi dan ini sangat bermanfaat untuk kesehatan,” pungkasnya.
Selain itu, Sumatera Selatan juga sangat terkenal dengan petani karet. Mayoritas masyarakat dilingkungan tempat bekerja perusahaan adalah petani karet. Karena itu, perusahaan bersama masyarakat melakukan budidaya karet organik. Program ini mampu meningkatkan produksi 40 persen karet petani-petani diwilayah perusahaan. “”Ini sudah berlangsung 15 desa dan melibat 265 petani serta 312 hektare yang perkebunan budidaya karet organik,” jelasnya.
Nah, budidaya ini dikembangkan lagi bekerjasama dengan pemerintah melalui program inovasi desa tepat guna. Pelatihan dan pengembangan usaha asap cair pembeku getah karet. Asap cair ini hasil destilasi dari pembakaran batok kelapa.
“Kalau dulunya kita dengar orang-orang pakai cuka parah, itu berbahayanya dengan berisiko untuk petani sendiri sendiri. Dan kalau menggunakan asap cair petani bisa lebih aman dan lebih baik,” pungkas Robby.
Bahkan, perusahaan juga membangun komunitas lain selain para petani-petani yang ada di sekitar. Ada empat institusi baru dan 20 orang pendamping lokal yang telah direkrut sebagai mitra perusahaan dalam diskriminasi program atau penyebaran program pemberdayaan. Sejak tahun 2018 sudah 80% fasilitator pemberdayaan perusahaan berasal dari masyarakat sekitar.
Selain itu, bekerjasama dengan lembaga non profit untuk meningkatkan pendidikan masyarakat. Contohnya, di Pali bekerjasama dengan LSM 7 Pilar memberdayakan literasi membaca juga. Di Muba dengan guru TK membuat rumah literasi sama anak-anak diajarkan membaca dan mendengarkan dongeng. Dan ini juga di Palembang Medco bekerjasama dengan Himasos Unsri untuk meningkatkan minat membaca masyarakat di kota Palembang.
“Kami juga support infrastruktur pembangunan jalan-jalan seperti di Pali membangun jalan cor dari Simpang Babat sampai ke Pengabuan kerjasama dengan KKKS lain. Kami juga melakukan perbaikan jalan, jembatan, rumah ibadah, dan fasilitas umum tetap dilakukan. Kegiatan ini semua untuk mensupport masyarakat disekitar lingkungan tempat bekerja perusahaan. Kegiatan ini tidak kami lakukan sendiri tapi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan desa,” tandasnya.
Lebih lanjut, adaptasi yang harus dilakukan pada saat pandemi. Program yang sudah di desain cukup lama tiba-tiba berhenti dijalan akibat pandemi Covid-19. Namun, hal ini tidak membuat semangat Medco Energi mengendur dan malah memperkuat komitmen. Karena pada masa Pandemi ini lah mempunyai prinsip kegiatan tetap berjalan, bekerja tetap aman. Namun, ada sedikit perubahan dalam tetap bekerja di lapangan.
“Jadi sebelum berangkat dan bertemu dengan masyarakat ada protokol kesehatan tertentu yang harus kami jalani. Seperti melakukan 3 M yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker. Hal ini juga menjadi materi dan budaya baru untuk disampaikan ke masyarakat sekitar,” tegas Robby.
Diawal Pandemi, Medco E&P langsung bergerak cepat dengan fokus alat medis dan kesehatan untuk mencegah pencemaran penyebaran covid 19 di desa-desa serta kelompok rentan yang sangat tertekan dengan membantu makanan pokok. Medco juga, sudah membantu 1820 paket makanan pokok, 4200 jadi masker medis, dan 6550 masker dari kain, kita sudah juga bantu 10900 sarung, 457 handsanitezer, dan 45 unit fasilitas cuci tangan.
“Sebenarnya dilapangan kami kesulitan mendapatkan barang-barang tersebut. Ya, ada istilah ada harga tapi barangnya nggak ada. Tapi kami berusaha untuk mencari koneksi-koneksi yang ada, sehingga bisa membantu masyarakat untuk mencegah penyebaran covid ini di desa-desa,” tegasnya.
Dalam ini ada kumpulan kegiatan perusahaan di masa Pandemi. Pertama, mengedukasi kesehatan di masyarakat dan membantu petugas medis dengan memberikan alat-alat medis. Serta pihak perusahaan juga mensosialisasi dengan pemasangan baliho dalam bahaya virus Covid-19. Kedua, ekonomi dan ketahanan pangan. Dimana Medco E&P mencoba untuk menggerak ekonomi dengan memberdayakan 15 kelompok penjahit yang sudah berkontribusi 4.093 masker kain yang sudah dijahit. Bahkan, Medco juga memastikan masyarakat dengan pertanian, perikanan, sayuran dan obat herbal. Seperti bantu bibit ikan, bibit tanaman, bibit sayuran, dan bibit padi. Ketiga, peduli kaum rentan, karena terdesak dengan kondisi ini. Bukan hanya perusahaan tapi juga pekerja juga menyisihkan pendapatnya untuk membantu masyarakat yang terkena dampak Covid-19. Seperti juga membagikan sembako suku anak dalam. Keempat, peningkatan infrastruktur seperti membangun jalan dan jembatan di Pali, Musi Rawas, dan Lahat. Dan kelima, support aktivitas masyarakat dengan membantu kegiatan pembersihan jalan, kegiatan olahraga, menyemprot disipektan di masjid.
General Manager PT Medco E&P Indonesia M Zulkifli menuturkan peran media sangat penting buat perusahaan khususnya industri hulu migas. Sebab, kondisi sekarang ini susah sekali untuk saling memberikan informasi atau saling bertukar informasi karena memang kondisinya membuat interaksi sangat terbatas.
“Tapi menurut saya ini kesempatan kita untuk melakukan interaksi justru lebih luas dari sekedar interactive. Jadi antara media dengan perusahaan itu mungkin saatnya untuk saling bersinergi dengan menggunakan teknologi-teknologi yang ada,” ungkap Zulkifli.
Memang, saat ini banyak sekali pola hidup dan pola kerja dimasa pandemic ini. Namun itu tidak bisa dihindari adalah ketahanan energi nasional. “Kkita diberikan amanah oleh negara dalam hal ini oleh SKK Migas untuk memastikan ketersediaan energi tetap ada. Industri tidak akan bisa berkembang kalau energi itu terganggu. Jadi dengan segala problema kita hadapi dalam waktu hampir 1 tahun terakhir kenaikan kasus pandemi ditambah lagi harga minyak yang turun sangat drastis,” ujarnya.
Namun hal itu tidak mengurangi semangat para pegawai Medco untuk terus bekerja dengan protokol yang sangat ketat, pengurangan aktivitas yang jadi benar-benar, dan memastikan pegawai yang bekerja dilapangan tidak terganggu.
“Ketat protokol kesehatan yang dilakukan pihak perusahaan. Seperti sebelum karantina, para pegawai dikarantina selama 10 hari terlebih dahulu. Ya, karena kalau ada satu saja yang terdampak akan menggangu aktifitas yang lain. Ini tujuannya semata-mata untuk memastikan operasi kita tidak terganggu,” pungkas Zulkifli.
Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagsel Adiyanto Agus Handoyo menuturkan, SKK Migas dan Medco E&P tetap komitmen dalam menjaga Ketahanan Energi Nasional. Walaupun kondisi pandemi, SKK Migas selalu memberikan pemahaman kepada setiap stakeholders KKKS, termasuk kepada rekan-rekan media dan wartawan.
“Pihaknya wajib mengawasi dan melaksanakan kegiatan hulu migas agar Ketahanan Energi Nasional tetap terjaga,” ujarnya.
Ia pun megakui, kontribusi migas saat ini baru mencapai 17 persen. Namun industri ini bisa membawa multiplier effect (dampak besar, red) bagi seluruh sektor kehidupan masyarakat dan negara.
Saat ini, dijelaskan dia, di dunia, Indonesia menyimpan cadangan gas sebesar 1,4 persen dan berada urutan 13. Memiliki cadangan minyak sebesar 0,2 persen dan berada pada urutan 27 cadangan minyak. Punya investasi sebesar Rp 841 Triliun, wilayah kerja mencapai 750.000 Km2.
Tahun 2019, dalam perhari, konsumsi BBM mencapai 1.785.000 barrel. Dari angka itu, 74000 BOPD, kontribusi dari KKKS Sumbagsel, atau 10 persen dari rata-rata produksi BBM secara nasional. “SKK Migas mempunyai cita cita mewujudkan production of MMBOPD yang menuju 1 juta oil dan 12 BSCFD gas. Target ini akan diwujudkan hingga 2030,” harapnya. (novas riady)