MUSIRAWAS, MS – Tim dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Sumsel) melakukan pencarian dan ekskavasi situs Candi Bingin Jungut di Desa Bingin Jungut, Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas (Mura).
Proses penggalian dan ekskavasi yang rencananya berlangsung selama 12 hari itu, sudah dimulai sejak tanggal 17 Mei kemarin dan selesai 27 Mei mendatang. Proses penggalian dan ekskavasi ini melibatkan tujuh orang yang terdiri atas satu peneliti dari Jakarta dan enam orang dari Balai Arkeolog Palembang.
Memasuki hari ketujuh penggalian, tim telah berhasil mengungkap jika Candi Bingin Jungut terdiri dari dua sektor, yakni Bingin Jungut I dan Bingin Jungut II. Ketua Tim Penelitian Situs Bingin Jungut, Sondang Martini Siregar menjelaskan, temuan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sisa reruntuhan candi yang berada tepat di pinggiran Sungai Musi.
“Berdasarkan hasil analisis kedua candi tersebut peninggalan abad 9 -10 Masehi. Hal itu karena sebelumnya di Candi Bingin Jungut I pernah ditemukan Arca Buda dan Arca Awalokiteswara,” ungkapnya, Rabu (24/5/2017).
Hanya saja, di Candi Bingin Jungut I, tim hanya berhasil menemukan seraksan bekas candi, karena diduga candi sudah runtuh. Diperkirakan, kerusakan candi karena faktor alam dan tangan manusia, sehingga atap candi tidak ditemukan lagi, hanya tersisa sejumlah komponennya saja.
Namun ternyata, setelah dilakukan penggalian lanjutan, ketinggian canti mencapai 6-7 lapis bata dari permukaan tanah.
“Kemudian di sektor II kita menemukan komponen candi, kepala kala, fragmen makara, dan antepiks. Jadi, saat ini apa kita temukan kepala candi, mudah-mudahan iya,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk candi di sektor I diperkirakan memiliki luas mencapai dua hektar, sedangkan di sektor II luasnya sekitar 500-600 meter persegi. Bahkan, untuk ukuran candi, pihaknya memprediksi di sektor I candi dibangun dengan sebaran bata sekitar 600-800 bata dan di sektor II 400-500 bata.
“Di Sumsel ini, bata candi termasuk bagus. Selain temuan bata, kita juga menemukan keramik abad 12 seperti Keramik Sung, Keramik Ming, dan Keramik Cing. Ada juga piring mangkok,” sebutnya.
Tak hanya itu, tim penggalian juga menemukan benteng tanah yang setelah dianalisa memiliki dua fungsi, yakni sebagai penahan dari banjir Sungai Musi dan pertahanan serangan musuh khususnya yang datang dari arah Sungai Musi.
Benteng tanah ini diperkirakan memiliki ketinggian mencapai tujuh meter dari permukaan tanah. Di sisi kiri dan kanan terdapat parit dengan lebar mencapai tujuh meter dan 1,5 meter.
Sondang memprediksi, bangunan benteng dibangun setelah candi mengalami kerusakan. “Diperkirakan benteng itu dibangun saat masa kesultanan, jadi masanya berbeda dengan pembangunan candi,” ucapnya.
Di sebelah Utara candi, juga ditemukan sungai meski diperkirakan merupakan sungai buatan yang digunakan orang zaman dahulu untuk melintas dari Selatan menuju Utara. “Jadi, dulu kapal-kapal kecil tidak bisa menyeberang ke arah Utara. Mereka mengelilingi candi lalu keluar ke Utara atau muncul di sungai,” terangnya. (dhiae)
