oleh

Ditemukan Goa di Desa Rimba Candi, Pemerhati Sejarah Angkat Bicara

PAGARALAM, MS – Sebuah Goa ditemukan di hutan diwilayah Desa Rimba Candi, Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) beberapa waktu diyakini warga bahwa goa tersebut merupakan peninggalan bersejarah.
Hal ini diperkuat dengan adanya temuan ukiran yang menyerupai Kuba Masjid, bertuliskan Allah, serta ukiran yang menyerupai tengkorak kepala manusia di dinding pintu masuk Goa tersebut. Hal ini lah membuat para pemerhati sejarah angkat bicara.

Menanggapi hal ini pemerhati sejarah, Inlander Azlie yang dipanggil Aryok, lulusan jurusan Ilmu Sejarah di Yogyakarta State University, Selasa (2/3/2021) menjelaskan pada tahun 2012 dirinya sudah turun kelokasi bahkan sudah mengambil foto. “Coba dilihat saja di akun facebook saya itu buatan anak iseng, dengan kata-kata. Jangan bilang aku orang Arkeolog, aku cuman pemerhati sejarah saja,” ujar Aryok yang juga ASN di Dinas Pariwisata Kota Pagar Alam.

Bahkan seluruh Megalit yang ada di Pagar Alam adalah sarana alat dari Pemujaan pada zaman dahulu, bahkan agama yang ada di Pagar Alam, Animisme, Dinamisme sama Totisme menyembah hewan melata. “Buktinya ditemukan Arca, kalau di Pagar Alam dibilang ada candi itu menurut saya tidak benar karena di Kota Pagar Alam tidak ada buktinya Arkeologis,” ungkapnya.

Ia pun mengakui sudah melakukan survey dan memiliki bukti lengkap untuk permasalahan itu. “Tulisan di dinding Goa tersebut itu masih berwarna kuning, belum ada lumutnya ketika itu,” pungkasnya.

Sekarang di hebohkan lagi, itu menurutnya semacam lekokkan tanah dari napal. “Tapi kalau goanya benar adanya itu dari batu, yang ada goa itu ada diwilayah Burung Dinang, Namanya Goa Kelelawar. Kalau mau melihatnya kesana tanya sama dengan Pak RT lama namanya Wantok dia tau tempatnya,” ungkapnya.

Bahkan dikatakan dia, itu dipastikan bukan peninggalan bersejarah. “Saya bisa membuktikannya karena saya adalah pemerhati sejarah,” tegasnya.

Menurut dia, banyaknya kejanggalan. Seperti lukisan dan lapaz Allah itu huruf Hijaiyah Huruf Arab.

“Alangka hebatnya pada zaman dahulu kala atau disebutkan jeme bahi, lah pacak muat lukisan seperti itu. Sedangkan masjid agung di Palembang tidak sebagus itu Kuba’nya. Lalu, zaman itu Pasemah tidak mengenal huruf Arab dia punya Hasra Hulu. Kalau ingin membuktikannya kamu lihat di Daerah dusun Benua Keling ada pembagian hestria Huruf Hulu. Jadi tidak memakai huruf arab. Orang Pasemah pada zaman itu tidak memakai huruf arab dia memakai huruf Hulu sendiri,” tegasnya.

Sedangkan yang memakai huruf arab, dikatakan dia, sering menyebutnya Bahasa Melayu. “Kami menyebutnya Huruf Jawi atau yang disebut orang Jawa Hokofigor. Itu Kesultanan Karena Kesultanan dengan Orang Pasemah sifatnya Ambiguitas,mereka mengakui kedaulatan tapi mereka dak mau makai budaya uluan,dan mereka saling membutuhkan makanya disebut Ambiguitas,” imbuhnya.

Sementara Kabid Industri dan Destinasi Pariwisata Anjas Hariansyah, Sp menuturkan kalau potensi pariwisata di daerah Rimbah Candi itu sangat begitu bagus, karena banyak memiliki potensi Wisata yang bisa dikembangkan antara Agro wisata. Seperti wisata budaya dan sejarah, serta wisata alam. (len)

News Feed