oleh

Durian, Buah Eksotis Yang Jadi Motif Songket dan Kain Dikancah Internasional

Songket 6

LUBUKLINGGAU, MS – Belajar kekhasan daerah lain, seperti Prabumulih yang indentik dengan nanas dan Jepri di Palembang serta secara umum yakni jumputan. Terciptalah motif durian.

Songket 3Buah yang tidak putus-putusnya musim dijual di Kota Lubuklinggau ini, telah menjadi daerah sentra ekonomi wilayah barat Provinsi Sumsel dan paling depan diantara Provinsi Bengkulu dan Jambi. Inilah yang membuat pelaku usaha bergeliat menampilkan produk usaha yang bersaing dengan ciri khasnya masing-masing.

Melihat peluang, Hj Yetti Oktarina selaku Ketua TP PKK Lubuklinggau yang juga Ketua Dekranasda Kota Lubuklinggau, menjadikan buah durian sebagai brand busana khas Kota Lubuklinggau lewat songket dan batik durian.

“Menyebut buah durian, memancing minat orang untuk mencicipi buahnya. Durian itu eksotis, jadi buah bibir. Makanya motif kain Kota Lubuklinggau menjadi khas songket dan batik di kota ini,” ujarnya.

Eksotisnya batik durian ini, dipercayakan ketua TP PKK Sumsel Hj Febrita menjadi kain yang dikemas desainer ternama, Yuliana Fitri, Neera Alatas dan Mike Safioen pada Ajang Kriyanusa di Balai Kartini Jakarta 12 September lalu.

Songket 1Meski hanya tampil sekitar 20 menit, Sumatera Selatan yang diwakili oleh Dekranasda Kota Lubuklinggau menampilkan kain Batik dan Songket Motif Durian.

“Alhamdulillah Ketua Dekranasda Sumsel mendukung dan kami lebih percaya diri. Tanpa beliau mungkin kami belum berani tampil di kancah nasional,” ujar dia.

Dikatakan dia, kain batik durian dan songket yang ditampilkan itu semua sudah dipatenkan pada 2016 lalu. Dia menyebut, tujuannya tak lain untuk menjaga kekayaan intelektual di Kota Lubuklinggau.

Sekarang batik durian ini semakin berkembang di daerah. Bahkan diminati masyarakat. Semoga ini menjadi permulaan kami untuk terus mempopulerkan kain ini dan mengembangkannya menjadi kain kebanggaan Lubuklinggau.

Songket 10Apalagi, Ketua Dekranasda Sumsel, Hj Febrita berharap, semangat Dekranasda Kota Lubuklinggau tersebut dapat menginspirasi kabupaten dan kota lainnya di Sumsel untuk lebih termotivasi mengembangkan kain tradisional dan kerajinan mereka di daerah.

“Kami bersyukur dukungan ibu gubernur Hj Febrita ini. Hal ini menunjukan bahwa upaya yang dilakukan selama ini untuk menciptakan inovasi baru tentang kain Kota Lubuklinggau dengan trademark-nya yaitu Durian yang sudah dipatenkan di Kemenkum HAM RI. Semua motif pasti ada duriannya, walaupun dominan bunga, ada duriannya dan sebagainya. Inilah yang membedakan kain Lubuklinggau dengan daerah lain,” jelas Hj Yetti Oktarina yang akrab disapa Ibu Rina ini.

Justru identik durian ini juga, mendorong songket dan batik durian mendapat kerjasama baru dari Kemendagri RI saat pelaksanaan Jambore Kader TP PKK Nasional di Jakarta akhir September lalu.

Songket 5“Batik dan songket kita inovatif, unik dan tidak biasa. Mudah mudahan berkembang lagi batik Kota Lubuklinggau. Alhamdulillah pasar dan desainer sangat suka kain-kain mewah songket dan batik yang sangat menunjang desain pakaian. Justru sekarang kendala kita adalah memenuhi suplai dan produksi yang masih belum sesuai dengan pesatnya permintaan pasar. Kami pun heran, berapapun kita bawa dan jual stok di Dekranasda itu habis yang jadi pusat penjualan di Kota Lubukliggau. Apalagi dengan seringnya menampilkan songket dan batik durian pada setiap pameran,” paparnya.

Dengan tingginya permintaan pasar ini, TP PKK dan Dekranasda dengan dinas terkait seperti Disdagrin dan DPPPA meningkatkan pembinaan supaya produksi semakin luas.

Songket 4“Produksi kita meningkat terus, karena pelaku usaha mau memproduksi itu karena pasti laku terjual, sekarang yang kita lakukan membina kembali pengrajin batik, yang sebelumnya hanya tujuh orang penggiat saja, sehingga dilakukan pelatihan Batik, Jumputan dan Design Fashion serta kegiatan Fasilitasi Promosi sebanyak 50 orang dari kalangan pelajar dan umum, 25 orang pembatik diajari oleh pembatik Jogja yakni Endang Wilujeng dan 25 desainer baru diajarkan oleh desainer nasional Yuliana Fitri,” katanya.

Karena permintaan konsumen semakin meningkat terutama berupa bentuk jadi, maka kami juga mengembangkan diri dari produksi kain batik menjadi baju, tas, topi dan kerudung.

“Ini salah satu upaya kita menambah kelompok designer di Lubuklinggau. Disini kita juga bisa sharing dan pelatihan ini diperuntukkan bagi yang serius. Bahkan saat gelaran fashion show 15-16 Oktober tadi mendapat antusias, terlebih juga telah dibuka Gerai Dekranasda di Lippo Mall,” jelasnya.

Songket 8Karena batik durian ini sangat dicari oleh tamu-tamu, baik pemerintahan dan instansi lainnya mencari souvenir dan oleh-oleh di Dekranasda sudah menjadi pilihan.

“Semakin tingginya permintaan pasar dan beragamnya jenis yang dijual, pembeli sangat antusias, seperti syal, kain untuk gaun dan sebagainya. Seperti produksi ecoprint oleh Batik Gelitik Lubuklinggau sudah bisa menggunakan bahan sutra dan satin. Akan banyak tampilan baru dan siap tampil serta dijual setiap even lokal, nasional dan internasional,” jelas Rina dengan semangat.

Harga jualnya pun sangat sesuai dan bersaing, apalagi harga jual songket tetap diatas satu jutaan dan batik abstrak tulis dan lukis yang lagi laku-lakunya dibandrol sekitar Rp400 ribu ukuran 2,5 sampai 3 meter. Seperti pak wali, sangat khusus setiap kesempatan acara resmi menggunakan batik durian. Karena itu semakin terus menciptakan pembatik yang lain, dan puncak HUT Kota Lubuklinggau ke 18 tahun ini, penampilan goody bag akan tampil beda yang tidak memanfaafkan kertas, tapi bahan ecogreen dengan tetap menampilkan motif durian dari sisa penyulingan serai wangi. Bahkan, antusias terhadap busana khas kita, sepasang pakaian adat Lubuklinggau sudah nangkring di Kedutaan Indonesia di Kota Bucharest Rumania,” ungkapnya.(adv)

Songket 7

 

News Feed