AMBON, MS – Salasa Hatulekal seorang Kepala Sekolah Dasar di kepulauan Sjahrir, di Ambon, dirinya dipindahkan tugaskan oleh Dinas Pendidikan, untuk memimpin tenaga pengajar disana, Salasa yang merupakan kepala sekolah juga merangkap sebagai guru mata pelajaran umum untuk murid kelas 1 sampai 6 SD.
“Guru PNS saja tidak mau di sini. Tiga guru di sini, masih honorer semua, dirinya sudah 10 tahun menjadi pegawai honorer ini, baru satu setengah tahun menjadi guru pelaksana harian di SD Kecil Pulau Sjahrir. Sebelum di sini, Salasa mengajar di SD Negeri Baby Mandi di Desa Wair, Pulau Banda Besar, ” ujarnya, Jumat (2/12).
Ia mengatakan bahwa bukan kemauannya, akan tetapi kebijakan dari pemerintahan pusat melalui dinas pendidikan, dan ditugaskan untuk mengelola satu sekolah terpencil, dan baru menerima perintah itu karena ingin mendapatkan SK (surat keputusan) menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Dulunya bangunan sekolah yang terdiri dari dua kelas (ruangan bersekat) tempatnya mengajar adalah perpustakaan. Sementara 24 orang murid di sekolah ini, sebelumnya bersekolah di Desa Induk, Desa Selamon yang bisa ditempuh selama lima menit dari Pulau Sjahrir menggunakan kapal motor.
“Kendala sekolah ini, bangunannya yang kurang diperhatikan. Buku-buku dan alat tulisanya juga. Padahal, anak-anak di sini pintar. Saya cuma tidak mau anak-anak di sini kalah dari anak-anak di Neira, sistem belajar pun sudah mengajar pakem. Dua kelas menjadi satu. Satu guru harus menguasai bidang studi kelas 1 sampai kelas 6. Kalau enggak, tidak bisa mengajar,” tuturnya.
Ia tidak mengetahui bahwa hanya menerima gajinya seperti itu, kalau boleh memilih, di saat SK pengangkatan jadi PNS diterima, Salasa ingin mengajar di SD yang lain. Selain itu, dia berharap gajinya bisa naik. Sebab, pendapatan yang sekarang dia terima hanya Rp 350 ribu per bulan.
“Buat kebutuhan sendiri saja tidak cukup, apalagi keluarga?” kata Salasa. Istri dan ketiga anaknya tinggal di Desa Wair. Salasa harus mengirimkan uang ke sana Rp 300 ribu dan sisa uang Rp 50 ribu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Baginya gaji bukanlah hal penting, sebab anak-anak dan istrinya bisa hidup dan tidak kekurangan. Dia juga tidak mau, hanya gara-gara pendapatannya yang kecil, anak-anaknya sampai putus sekolah, “Sekarang saja sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Terbuka di Neira. Demi mengejar S1 agar ketika jadi PNS ada titel SPd (Sarjana Pendidikan),” ucapnya. (Tmp/In)