MUARAENIM, MS – Harga karet petani di Muara Enim tidak kunjung stabil. Soalnya baru saja beberapa pekan mulai merangkak naik, saat ini harganya kembali terjun bebas.
Kondisi itu membuat petani karet di Muara Enim menjadi terpuruk. Karena selain harganya yang turun, produksi karetnya juga berkurang akibat musim kemarau. Sehingga getah karet tersebut banyak tidak mengalir saat disadap.
“Nak cak mano lagi, maik inilah nasib petani balam (karet, red), hargo murah ditambah sadapan getahnyo nyusut pulo karena musim kemarau. Nasib nasib,” jelas L Karo salah seorang petani Muara Enim, Rabu (24/7) menggunakan bahasa daerah.
Menurutnya, harga karet sadapan satu bulan tinggal Rp 8000/kg yang sebelumnya sempat mencapai Rp 9000-10.000/kg. Sedangkan karet basah sadapan satu minggu tinggal Rp6000-6500/kg yang sebelumnya sempat mencapai Rp 7000-7500/kg.
“Terus terang kami sangat kecewa jika melihat komentar para orang pintar di negeri ini, mereka mengatakan karet petani murah karena kualitasnya jelek. Sementara pemerintah tidak pernah memberikan bimbingan maupun penyuluhan kepada kami selaku petani mandiri untuk menjadikan karet kami berkualitas bagus, mereka hanya bisa mencibir,” tegas petani tersebut.
Menurutnya, jika pemerintah bisa menjamin harga karet petani mahal, tentunya petani akan berupaya memperbaiki kualitas karetnya. Tetapi kalau harganya sama saja antara karet kualitas bagus dengan karet kualitas jelek, tentunya petani tidak akan berupaya memperbaiki kualitas karetnya.
Sementara itu, Aswin, salah seorang agen pengumpul karet petani mengatakan, harga karet tersebut mulai berangsur angsur turun sejak 3 pekan belakangan.
Kami selaku agen juga menjadi cemas melihat harga karet terus turun seperti ini. Karena bisa bisa kami akan mengalami rugi besar juga,” tegasnya. Soalnya pada saat membeli harganya masih normal, pada saat dijual ke pabrik harganya turun.
Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, It Mat Kasrun, ketika dikonfirmasi mengatakan, di Kabupaten Muara Enim terdapat 149.000 hektar lahan perkebunan karet dengan jumlah 79.644 KK petani yang bermata pecarian berkebun karet ini.
Menurutnya, mengenai harga karet yang tidak stabil merupakan kebijakan pemerintah pusat. Namun Dinas Perkebunan membantu dari segi kualitas dan produksi. “Muara Enim punya UPTD pengolahan untuk memotong rantai produksi sehingga harga di petani tidak jatuh,” jelasnya.
Pihaknya juga membantu memberikan cetakan atau bak sadap sehingga getah karet tidak terjatuh dan tercampur dengan tanah. Kemudian memberikan bahan pembeku sehingga karet tidak basah, ataupun kandungan air karet tersebut tidak terlalu tinggi.
Pihaknya terus berupaya untuk melakukan perbaikan kualitas karet petani. Dia mengaku telah memlakukan program peremajaan perkebunan karet rakyat yang tidak produktif dengan anggaran berasal dari i APBN dan APBD Muara enim. Pada tahun 2019 ini ada sekitar 400 hektar peremajaan karet menggunakan dana dari APBN dan 100 hektar menggunakan dana APBD. (red/al)
