Khadijah Nelly, M.Pd.
Akademisi dan Penulis
Miris! Ritual kendi di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi polemik di tengah masyarakat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar acara ritual Kendi Nusantara di titiknol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Dalam acara tersebut Jokowi mengundang 34 Gebernur se-Indonesia dan 15 tokoh yang direkomendasikan oleh Gubernur Kaltim Irsan Noor untuk hadir dalam acara ritual tersebut. Jokowi menginstruksikan para Gubernur untuk membawa 1 liter air dan 2 kg tanah dari daerah masing-masing yang akan disatukan dalam kendi besar yang disebut Bejana Nusantara yang akan diletakkan didekat titik nol IKN Nusantara dan akan menjadi simbol titik awal pembangunan IKN dan menjadi simbol pemersatuan 34 provinsi di Indonesia (14/3).
Banyak yang kontra dengan kegiatan ritual tersebut. Di jagat maya, hingga Selasa (15/3) siang tagar Ritual Syirik bergema dan menjadi tranding topic. Sejumlah warganet mengkritik soal ritual tersebut yang menurut mereka tidak perlu dilakukan. Ritual kendi merupakan penanda dimulainya mega proyek tersebut dengan penyatuan tanah dan air dari berbagai wilayah di Indonesia. Tanah dan air itu diantar langsung oleh masing-masing gubernur. Ritual itu dilakukan persis di Titik Nol IKN Nusantara.
Sejumlah pihak menyampaikan kritik tajam terkait ritual ini. Seperti yang disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun. Ubedilah Badrun menganggap bahwa apa yang dilakukan Presiden Jokowi merupakan politik klenik di era modern.
Kritik juga disampaikan oleh Ketua MUI Sumatera Barat (Sumbar), Gusrizal Gazahar. Ditegaskan oleh Gusrizal, bahwa ritual kendi nusantara tersebut tidak sesuai dengan akidah umat Islam. Saya sangat menyesalkan tindakan Mahyeldi Ansharullah yang begitu saja mematuhi perintah Presiden terkait ritual tersebut. Saya tidak setuju dengan ritual tersebut, karena terkandung keyakinan yang tak bersesuaian dengan akidah tauhid,” ucap Gusrizal (15/3).
Ya, menanggapi ritual tersebut memang sangat disayangkan, bagaimana mungkin mendapatkan keberkahan dan kebaikan jika dimulai dengan sesuatu yang melanggar ketentuan agama. Apalagi negeri ini adalah negeri yang mayoritas Muslim, dengan adanya ritual seperti itu jelas mengambil cara yang bertentangan dengan akidah Islam, dimana hal seperti itu sudah termasuk ke dalam perbuatan syirik dan menyekutukan Allah.
Harusnya para pemimpin negeri ini mencontohkan hal yang baik sesuai koridor agama, bukan sebaliknya. Dengan adanya ritual tersebut sungguh sangat berbahaya, bisa merusak aqidah dan mengundang murka Allah.
Marilah lebih bersikap arif dan mengedepankan ajaran agama dalam menurus masalah bangsa, lebih baik mengadakan doa selamat dan mengundang para ulama demi kebaikan bangsa dan negara. Untuk kelanjutan IKN sendiri dapat dipertimbangkan lagi, jangan terkesan dipaksakan hingga sampai utang lagi ke luar negeri apalagi di tengah ekonomi sulit di era pandemi ini. (*)

Komentar