ROIS, Delman, dan Pemimpin Masa Depan

TERIAKKAN sorak sorai terdengar sayup-sayup dari kejauhan Taman Olahraga Megang, Rabu (28 Agustus 2024), tepatnya di luar gedung. Bak dengungan lebah yang kian merambah. Suasana riuh di dalam gedung yang telah diisi ribuan pasang mata mendadak berhenti, sunyi, terdiam tercekat berkonsentrasi mencari arah bunyi.

Ribuan pasang mata yang berasal dari ribuan kepala berbeda itu, seperti ditelepati, mengarahkan pandangan pada titik yang sama, “pintu masuk”.

Semakin lama suara semakin mendekat, riuh sorak sorai tak lagi mampu dilerai oleh diamnya mulut insan di dalam gedung. Ada yang tak sabar, mulai berlari mencari sumber hingar bingar, kakinya berhenti kala ia melihat dua sosok gagah sedang berada di dalam dokar, ah bukan! Itu Delman!

Ia terpana kala keduanya dikusiri oleh pria berwibawa bagai Krisna pada Mahabarata. Delman maju tanpa ragu, memecah barisan ribuan manusia yang bersatu padu. Tak buru-buru namun tak pula menunggu, seperti mengisyaratkan bahwa kesempatan masuk barisan hanya satu, kamu ikut kami angkut, kamu lambat tinggallah di tempat.

Dua sosok penunggang Delman itu adalah H. Rodi Wijaya dan H. Imam Senen yang diminta rakyat luas menjadi pemimpin Kota Atlas, yang dengan kesadaran dirinya berkomitmen berbuat, menghibahkan diri menjadi pelayan rakyat. Calon Walikota dan Wakil Walikota Lubuk Linggau.

Sang kusir pula ternyata bukan orang biasa, 10 tahun dia adalah pelayan rakyat yang paling setia, kini dia mendapat mandat baru dari rakyatnya, menjadi wakil mereka di Senayan sana. H. SN. Prana Putra Sohe, pria yang mendapatkan amanah rakyat dari kerja nyata bukan lotre. Kini ia menjadi kusir delman Rodi dan Senen, seperti Krisna yang menjadi kusir Arjuna, dengan mereka tak akan ada rintangan yang permanen, semua hanya akan menjadi kenangan di dalam perkamen.

Sepertinya ROIS dan Kusir Delmannya, hendak menyampaikan pesan kepada semua pendukung dan rakyatnya, bahwa tak perlu mewah untuk dapat meraih amanah, cukup konsisten bergerak maju tanpa membuat yang lain jatuh. Delman juga melambangkan satu kesatuan perasaan antara penunggang dan kendaraan, karena Delman sendiri adalah makhluk hidup sebagai penggerak utama. ROIS hendak menekankan bahwa mereka akan memperlakukan Kota Lubuk Linggau seperti makhluk yang memiliki rasa, yang memiliki hati, bukan sebagai sekumpulan bangunan benda mati.

ROIS hendak mengimani filosofi Delman yang sederhana dan tidak merusak, bekerja dengan hati bukan dengan nafsu birahi. Jalannya yang tak sengebut Lexus, memastikan satu persatu rakyatnya tak ada yang tertinggal dari perhatiannya, agar harapan rakyat tak sampai pupus, terhapus jejak acuh sang mobil Lexus.

Dengan jendela terbuka, Delman menyimbolkan tak ada sekat antara rakyat dan pemimpin yang dipilihnya untuk melayani. Bisa melihat langsung keadaan tanpa terhalang kaca hitam yang membatasi pandangan. Ah, selain terbukti berpengalaman dalam politik dan birokrasi, ternyata ROIS juga berpengalaman dengan filosofi sejarah budaya.

Ribuan rakyat semakin nikmat menyambut pelayan mereka yang amanat, hiruk pikuk semakin terdengar jelas, teriakan ROIS MENANG! ROIS MENANG! menggema di angkasa. Tabuhan Tambua, alat musik asal Minangkabau semakin menyemarakkan suasana. ROIS hendak memastikan bahwa meski saat ini mereka berada pada era modern dan globalisasi, akar budaya tak kan pernah tercerabut dari hati sanubari.

Di belakang delman yang maju tanpa ragu, terlihat 4 sosok besar dengan tinggi 4 meter-an, meliuk-liuk mahkotanya yang tampaknya tersusun dari bulu merak yang indah. Kepala Singa yang gagah menjadi perhatian utama, itu Reog Ponorogo.

Reog adalah seni topeng dan budaya Jawa khususnya dari Daerah Ponorogo. Reog melambangkan kegagahan seorang pemimpin, ketegasan sang kepala wilayah, wibawa para raja-raja, namun selain itu juga melambangkan keanggunan pribadi, kelembutan hati, dan keindahan budi pekerti.

Jelaslah bahwa ROIS hendak berpesan kepada semua hati yang menyatu, bahwa kehadiran mereka kelak sebagai pemimpin yang melayani akan tetap menjaga wibawa dan marwah dengan senantiasa menggunakan hati nurani dan budi pekerti yang luhur nan bijaksana.

Ah, tak terasa, Delman telah sampai pada titik masuk, ROIS dan sang kusir turun, menyapa penuh kehangatan setiap warga yang sudah berkerumun. Perlahan namun pasti keramaian, kebahagiaan, hingar bingar, dan teriak kemenangan menjalar memasuki gedung utama. Suasana yang tadinya sunyi, hanya terdengar suara shalawat yang menggema, kini mulai menyambut pula dengan bahagia. Shalawat yang mengiringi kehadiran sosok pemimpin masa depan semakin menambah keberkahan. Masa tak lagi terbendung, semua tumpah ruah di dalam gedung, saling merapat hendak bertemu ‘Soekarno-Hatta’-nya.

Ah, indah sekali suasana ini, bolehkan susasan ini tetap seperti ini? Tetap berada pada 28 Agustus 2024? Tak bergerak, tetap di tempat.

Tidak! Suasana yang lebih indah akan kita dapati pada 27 November 2024 kala kemenangan menjadi kado yang paling premium untuk rakyat sebiduk semare agar selalu dan senantiasa TERSENYUM.

Indah bukan? Mari kita doakan dan jangan pernah berputus pada harapan.(Tim Media Partner)

News Feed