MUSI BANYUASIN, MS – Dewan Pengurus Daerah Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (DPD-JPKP) Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), lakukan blusukan ke setiap Kecamatan wilayah kerjanya. Gunakan kunjungi dan siap membantu warga guna sosialisasi setiap kebijakan dan aturan dari pemerintah.
Kali ini Tim JPKP adakan blusukan dalam Kecamatan Sanga Desa, dan temui seorang warga cacat di Rompok Sungai Petai Dusun IV Desa Ngunang Kabupaten Musi Banyuasin, Rabu (21/2/2018).
Ketua DPD JPKP Muba, Idhamuddin didampingi Sekretaris Zulkarnain mengatakan bahwa yang dilakukan lembaga sosial dan independent ini adalah semata-mata kegiatan sosial yang berguna untuk membantu pemerintah dan masyarakat secara luas di tanah air Indonesia khususnya di Muba Provinsi Sumsel.
JPKP Muba, berencana akan membawa dan mendampingi Junaidi (45) penderita disabilitas tuna daksa atau cacat fisik dengan kondisi tidak bisa berdiri dikarenakan kakinya cacat sejak lahir. Dalam kunjungan Tim JPKP sempat memberikan bantuan uang tunai kepada Junaidi bersama kakaknya bernama Zai yang juga tuna rungu.
“Junaidi Bin Husin ini adalah warga rompok Sungai Petai desa Ngunang. Ya, dari keterangan kakak kandung dari Junaidi yaitu Zainudin. Junaidi, cacat sejak lahir dan rencana akan kami dibawah ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu dan menghubungi Dinas Sosial Muba guna mendapat pengobatan dan santunan demi perawatan lebih lanjut warga tersebut. Dan saat blusukan tadi, tim kami melalui Bendahara DPD JPKP Muba sempat memberikan sedikit bantuan uang guna meringankan beban mereka,” ungkapnya.
Di tempat yang sama Pengurus JPKP muba yang juga Bendahara Isrin Thomas dan wakil sekretaris Cholidah menambahkan, terkadang untuk makan pun Junaidi mengandalkan belas kasih dari tetangga kebun. Melihat hal itu, tim JPKP akan berkoordinasi dengan pemerintah desa Ngunang dengan mengajukan bantuan dari dinas sosial dan pemerintah daerah guna meringankan beban Junaidi bersama kakaknya.
“Saat kami datang tadi, Junaidi terbaring lemas di bale-bale yang berada dibawah pondok kebun dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Terlebih sejak ibu Halimah orang tua Junaidi meninggal dunia, Junaidi juga semakin terpukul psikisnya. Sekarang sepertinya tidak terawat oleh kakak laki-lakinya yang masih lanjang dengan usia yang sudah uzur,” pungkasnya.
Bahkan, mereka juga tinggal diKebun, yang terisolir Jauh dari pantauan dan kontrol pemerintah, sebab Junaidi tinggal hanya berdua bersama kakak kandungnya yang bernama Zainudin sebagai buruh sabit rumput dikebun warga tetangganya. “Sesekali ada tetangga kebunnya yang bernama Samprin dan Istrinya yang menjenguknya,” tukasnya.
Sementara itu Kades desa Ngunang, Jon Kenedy saat dikonfirmasi via handphone menjelaskan bahwa pihak pemerinntah desa pernah berkoordinasi dengan Puskesmas Ngulak guna membawa warganya untuk diobati. Tetapi menurut pihak Puskesmas itu sulit sembuh bila diobati.
“Saya selaku kades pernah diskusi sama tim medis Puskesmas Ngulak. Menurut petugas Puskesmas Ngulak penderita Tuna Daksa seperti Junaidi, sepertinya sulit untuk diobati karena cacat sejak lahir. Tapi itu baru koordinasi belum membawa fisik yang bersangkutan, Junaidi juga sedikit menderita kelainan mental walaupun tidak termasuk katagory sakit jiwa. Pemerintahan desa Ngunang terus mengalokasikan bantuan dari pemerintah daerah seperti Raskin dan bantuan lainya. Kami sangat kasihan melihatnya tidak ada yang merawatnya, tapi bagaimana lah. Terkadang dikasih pakaian juga dibuang oleh Junaidi,” tuturnya. (SBA)
