oleh

Hidup Sehat, Cuan Meningkat

PALEMBANG, MS – Berawal dari kegemaran mengonsumsi jamu semenjak kecil dan mengelola tanaman herbal, Yeni Lusmita (53) Ketua Kelompok Toga Kenangan sekaligus Koordinator Koperasi Wanita Herbal Bersatu menerima bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Satuan Kerja Khusus (SKK) Minyak dan Gas (Migas) wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan PT Medco E&P Indonesia.

Selain itu dia bisa mendapatkan cuan (istilah Hokkian yang digunakan untuk uang atau keuntungan) dari penjualan minuman Kesehatan.

Yeni Lusmita tiba-tiba menghentikan laju kakinya. Matanya tertuju pada sekelompok tanaman herbal liar dipinggir jalan. Buru-buru ia memungut dan bergegas untuk kembali bekerja. Kala itu, ia masih tercapat sebagai petani karet di Desa Gajah Mati Musi, Kabupaten Banyuasin.

November 2011. Bak menang undian, Yeni kegirangan saat berhasil mengumpulkan jenis tanaman yang berbeda. Mulai kembang, sayur hidroponik, hingga beberapa tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan temulawak. Rasa itu ia miliki sebab kecintaannya yang begitu besar terhadap lingkungan khususnya tanaman herbal.
Wanita murah senyum ini mulanya tak tahu banyak soal tanaman herbal. Pelan tapi pasti, keingintahuannya terhadap dunia herbal begitu besar. Sehingga ia mencoba mencari tahu dengan membaca artikel, berdiskusi dengan penggiat tanaman herbal.

Waktu itu, hanya beberapa bibit tanaman herbal yang ia punya. Sesekali ia meminta sebatang milik tetangga.

“Orang-orang disini itu banyak yang punya tanaman herbal tapi mereka tidak tahu kalau itu tanaman herbal. Jadi saya minta sedikit,” kata Yeni saat ditemui di pameran UMKM di PIM, Palembang, Sabtu (6/8/2022).

Sebulan berselang, sekitar 100 jenis tanaman herbal berhasil dikumpulkan dan ia rawat dengan baik. Usahanya dilirik oleh PT Medco menawarkan Yeni untuk menjadi bagian dari mitra binaan. Melihat kesempatan itu, Yeni langsung mengiyakan. Dalam hati kecilnya, ia yakin suatu saat usahanya ini akan berkembang. Bantuan pertama yang ia terima ialah green house. Dengan bantuan itu ia lebih leluasa mengembangkan tanaman herbal.

Pada 2012, Medco melihat keseriusan Yeni dalam mengembangkan tanaman herbal. 60 ibu rumah tangga berhasil direkrut. Seiring sejalan, banyak yang berguguran dan hanya menyisakan 15 personel. “Itulah seleksi alam,” ujar ibu empat anak ini.

Memang tidak mudah saat itu buat ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan pekarangan rumah. Apalagi sebagian besar keluarga mereka memiliki lahan karet dan sawit.

Perusahaan eksplorasi minyak ini tahun 2015 kembali mengulurkan bantuan dengan memberangkatkan Yeni ke Bogor, Jawa Barat selama dua pekan. Tujuannya, menimba ilmu lebih dalam pengolahan 200 jenis tanaman obat sekaligus belajar mengolah menjadi minuman Kesehatan.

“Semua murni dibantu untuk keberhasilan usaha saya,” akunya.

Sepulang dari Bogor, pendidikan, kemampuan Yeni dalam mengolah toga meningkat pesat segingga bisa menghasilkan produk-produk herbal berlabel halal dan bersertifikat izin produk rumahan.

Akhirnya, keseriusannya mendalami tanaman herbal lagi-lagi membuatnya kembali mendapat bantuan dari Medco berupa rumah produksi. Rumah itu berdiri ditujukan agar Yeni bisa mengembangkan produk minuman kesehatan dari tanaman herbal.

Dari rumah produksinya itu, ia berhasil mengolah produk pertamanya yakni mengubah temulawak menjadi minuman kesehatan bubuk. Berbekal alat seadanya dan ilmu yang didapat, eksperimen tersebut berhasil.

Ia menjelaskan bagaimana ia mengolah. Mulanya temulawak dicuci bersih kemudian diblender. Setelah itu diperas kemusian disaring. Hasil saringan itu diendapkan selama tiga sampai lima jam. Tak berhenti disitu, endapan tadi kemudian disaring lalu didiamkan hingga kering. Dari hasil itulah minuman kesehatan temulawak dihasilkan.

“Saya tidak berani bilang produk ini jamu ataupun obat. Sebab dari hasil pelatihan kemarin tidak disarankan apabila tidak memiliki persyaratannya. Seperti harus punya izin BPOM, apoteker, dan laboratorium. Maka dari itu saya namakan minuman kesehatan saja,” bebernya.

Seiiring berjalannya waktu, produk minuman kesehatan yang ia Kelola mulai berkembang. Kini produk yang dihasilkan dan menjadi andalan seperti teh kunyit, sirup buah rosella, kunyit asem herbal, teh jahe, serbuk minuman temulawak, keripik daun iler, minyak kelapa virgin, dan keripik bayam.

Tak tangung-tangung dalam satu bulan omzet yang diperoleh Dari usahanya, Yeni menghasilkan cuan sekitar Rp8 juta perbulan.

Yeni tak menyangka jerih keringatnya berbuah manis. Mulanya ia tak sengaja berkecimpung menjadi penggiat lingkungan. Sebab bercocok tanam merupakan hobinya sejak lama. Keberhasilan yang dicapai Yeni bukan hal yang gampang. Awalnya memasarkan produk dengan berkeliling di pasar, kantor, dan dari rumah kerumah.

Berkat kesabarannya, produk tersebut mulai banyak dikenal semua lapisan masyarakat. “Alhamdulillah sudah banyak yang dating kerumah untuk membeli obat herbal. Ada juga yang pesan lewat online,” ujarnya.

Tak heran, dua dari empat anaknya bisa mengenyam Pendidikan di perguruan tinggi.

Bahkan beragam prestasi yang Yeni raih dari Kelompok Herbal Gajah Mati. Seperti juara Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) tingkat Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) hingga tahun 2020 dikirim KTNA tingkat nasional di Padang, Sumatera Barat.

Sementara Officer Community Enhancement PT Medco E&P Rimau, Novita Ambarsari menilai suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan untuk mengembangkan perekonomian masyarakat. Bahkan bukan hanya soal minyak dan gas saja.

Karena itu pihak PT Medco E&P Rimau melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan pemerintah setempat terutama warga koperasi Tanaman Obat Keluarga (Toga) Desa Gajah Mati, Kecamatan Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin yang merupakan desa yang dinilai potensial untuk dikembangkan.

Karena itulah Perusahaan hulu Migas di Sumsel ini membantu pemberdayaan masyarakat Desa Gajah Mati.

“Pondok Herbal yang diketuai Ibu Yeni Lusmita di Desa Gajah Mati adalah salah satu binaan yang sekarang ini sudah dikatakan mandiri,” ungkapnya.

Menurut Novita, untuk pengolahan tanah semuanya organik karena tanaman obat adalah makanan yang dimasukkan ke tubuh jadi apa yang masuk ke tubuh juga harus baik.

“Tidak hanya kemampuan ibu-ibu memanfaatkan pekarangan untuk budidaya. Tapi juga hasil bisa diolah menjadi beragam produk makanan dan minuman yang berkhasiat untuk tubuh dan juga mendatangkan nilai ekonomis bagi pelaku budidaya tanaman obat,” ungkapnya.

Menurut dia, ibu-ibu yang tadinya masih tersebar dikumpulkan dalam satu kelembagaan koperasi herbal Bersatu yang menjadi koperasi Wanita pertama di kabupaten Musi Banyuasin.

“Koperasi ini sangat membantu dalam sisi pengajuan izin pangan rumah tangga. Dengan adanya izin maka diperkenankan untuk mengemas minuman herbal menjadi produk yang sudah memenuhi standar dari Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin,” pungkasnya. (novasriady)

News Feed