‘Midang Bebuke’ Tradisi Unik Masyarakat Kayuagung di Hari Raya Berlangsung Semarak

DAERAH, HEADLINE15 views

Kayuagung, Metro Sumatera.com– Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Kayuagung khususnya, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), umumnya, jika pada setiap tahun hari raya, untuk menggelar kegiatan Midang bebuke (arak-arakan pakaian adat pada hari lebaran).

Tradisi ini merupakan tradisi turun temurun masyarakat Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. Dan tradisi ini digelar pada hari ke tiga dan keempat lebaran Idul Fitri. Tahun ini gelaran midang terlihat semarak dan tertib. Arak-arakan Puluhan pasang pengantin terlihat mengelilingi sungai Komering diiringi musik tanjidor pada Jum’at, (12/4/24) siang.

Saiful Ardan, salah satu tokoh masyarakat menceritakan jika awal mulanya Midang Bebuke terjadi sekitar abat ke-17. Konon, midang dijadikan sebagai syarat pernikahan.

Ketika itu, kata dia, adanya perseteruan antara pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Dimana pihak mempelai laki-laki berasal dari keluarga yang miskin sementara pihak perempuan berasal dari keluarga yang terpandang.

Lalu pihak perempuan meminta sejumlah syarat kepada keluarga laki-laki berupa arak-arakan kereta hias menyerupai naga lengkap dengan gegawaannya. Singkat cerita persyaratan tersebut dipenuhi. “Jadi, sejak peristiwa itulah, masyarakat Kota Kayuagung menyelenggarakan acara Midang Bebuke Morge Siwe,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, midang dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat Kayuagung, sedangkan bebuke artinya lebaran.

“Kala itu midang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe (Sembilan Marga -red) yang merupakan persyaratan untuk jemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki atau masuk dalam adat istiadat perkawinan, dan seiring dengan berjalannya waktu midang ini terus mengalami perkembangan sehingga menjadi sebuah agenda pariwisata di OKI,”ungkapnya.

Pj. Bupati OKI, Asmar Wijaya mengapresiasi dukungan masyarakat sehingga tradisi midang tetap lestari hingga kini.

“Tentu tradisi ini tetap terjaga berkat dukungan masyarakat. Antusiasme dan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk menjaga warisan leluhur,”katanya.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, Ahmadin Ilyas mengatakan rangkaian Midang tahun ini dirangkai dengan perlombaan cang-incang.

Cang-incang biasanya ditampilkan dalam upacara perkawinan . Hingga kini tradisi ini masih kelihatan fungsinya baik di dalam kalangan masyarakat yang tinggal di dalam kota Kayu Agung maupun yang tinggal di kota lainnya.

“Harapan kami dengan adanya perlombaan Cang Incang, maka akan ada generasi penerus yang akan terus melestarikan tradisi turun-temurun asli Kayuagung,”katanya. (sbn)

News Feed