LAHAT,MS – Memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia, Yayasan Tarakanita Santo Yosef memperkenalkan produk ramah lingkungan yakni eco enzyme berbahan baku dari kulit buah lunak serta sisa sayuran.
Ketua Panitia Pelaksana Paulus Wargito SPd mengatakan, kesadaran dan pertisipasi warga sekolah dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan ditunjukan dengan pembuatan eco enzyme bersumber dari limbah organik.
Eco enzyme yang berasal dari fermentasi kulit buah lunak dan sisa sayuran ditambah molase atau tetes tebu, serta gula merah tebu dan air dengan perbandingan 1:3:10.
“Pengunaan dari eco enzyme ini sangat ramah lingkungan karena berasal dari limbah organik, tujuannya untuk mengurangi volume sampah organik rumah tangga,” sebut Paulus Wargito.
Manfaatnya untuk pemurnian udara lalu air dan tanah, yang mana penggunaan mikroba baik untuk menjaga kualitas, selain itu dapat dipergunakan mengepel lantai dan cuci piring.
” Pembuatan eco enzyme kini sudah meluas hingga ke 7 daerah yayasan Tarakanita lainnya dengan target menghasilkan 22 ribu liter eco enzmye,” tuturnya
Dalam pembuatan Eco enzyme membutuhkan waktu fermentasi selama 90 hari, produk yang telah dihasilkan sabun padat dan cair yang bisa digunakan cuci piring dan juga pakaian,
produk ini begitu ramah lingkungan jika dibandingkan dari pabrik demi keselamatan krisis iklim udara, tanah dan air.
“Selain itu Yayasan Tarakanita Juga telah menghasilkan produk Clasic Enzyme yang berbahan baku buah buahan segar, madu dan air matang, yang berguna untuk membantu kekebalan tubuh, dan masih banyak lagi manfaat dari Eco Enzyime,” terangnya.
Sementara itu, Pj Bupati Lahat, Muhammad Farid SSTP Msi menyebutkan, inovasi yang dilakukan Yayasan Tarakanita ini sungguh luar biasa sekali, terlebih lagi menyangkut lingkungan serta pengolahan limbah organik.
“Pastinya hal seperti ini mesti ditularkan kepada sekolah-sekolah lain, termasuk juga perkantoran maupun BUMN dan BUMD,” tuturnya, di acara peringatan hari lingkungan hidup yang dipusatkan di Yayasan Tarakanita Santo Yosef Lahat,
Diharapkan hingga ke tingkat rukun tetangga (RT) serta rukun warga (RW), agar dapat menerapkannya demi keberlangsungan perubahan iklim, supaya sisa-sisa makanan ataupun minuman dapat dimanfaatkan kembali.