Raih Emas, Kepala SKK Migas Apresiasi Dwi Rahayu Pitri

BISNIS273 views

JAKARTA – Kepala SKK Migas, Dwi Setjipto memberikan apresiasi atas prestasi yang diraih oleh Dwi Rahayu Pitri (Sekretariat Kelompok Kerja Operasi TI SKK Migas), atas prestasinya meraih mendali Emas SEA Games di Phnom Penh, Kamboja, dalam cabang olahraga Soft Tenis tunggal putri.

Di balik gema sorak kegembiraan dan hujan emas yang menderas atlet Indonesia di SEA Games Kamboja 2023, ada sebuah kisah perjuangan yang hampir tak terdengar. Dwi Rahayu Pitri, atau yang akrab disapa Ayang, peraih medali emas soft tennis putri SEA Games 2023, hampir saja mengubur mimpinya karena terpaan demam dan flu berat sehari sebelum pertandingan.

Ayang tiba di Kamboja pada Kamis (4/5/2023) malam, dua hari sebelum pertandingan perdananya di ajang multievent bergengsi Asia Tenggara ini. Namun, berita buruk datang bersamaan. Ia merasakan demam dan flu yang amat sangat. Begitu beratnya, ia sempat berpikir untuk tidak melanjutkan perjuangannya.“Saya merasa kepala berat, flu berat dan merasakan badan yang tidak karuan. Akhirnya, saya meminta bantuan dokter Anita (dari NOC) yang tahu dosis-dosis obat, karena takut kalau minum obat asal-asalan bisa berujung dopping,” cerita Ayang saat diwawancara secara eksklusif kepada Inilah.com setelah tiba di Tanah Air, Jumat (13/5).

Dalam ajang SEA Games kali ini, Ayang turun di dua nomor soft tennis, tunggal putri dan beregu putri. Di tengah kondisi sakit, Ayang harus memaksakan diri untuk bertanding. Meski sudah dalam penanganan medis, sakit yang diderita Ayang tak kunjung membaik. “Perlahan agak ada perubahan sedikit, hari-H tanding pun mau gak mau harus saya paksa kuat-kuat, karena gak ada pilihan lain juga. Yang ada di otak saya, selama kaki masih bisa jalan, masih bisa lari, kalau belum patah ya jangan berhenti,” ucap Ayang dengan penuh emosi.

Namun, perjuangan Ayang tak sia-sia. Di beregu putri, Ayang berhasil membawa Indonesia ke partai puncak, meski harus puas dengan medali perak setelah tumbang dari Filipina 2-0.

Petenis tunggal putri Indonesia Dwi Rahayu Pitri mengembalikan bola ke arah lawannya petenis putri Filipina Noelle Nikki Zoleta pada pertandingan final Soft Tenis tunggal putri SEA Games 2023 di Sport Center Building, National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (10/5)

Perjuangan Ayang belum berakhir. Sehari setelahnya, ia turun di sektor perorangan putri. Dengan berbekal medali emas yang pernah ia raih di SEA Games 2011, Ayang berhasil mengalahkan lawan-lawannya mulai dari Laos hingga tuan rumah Kamboja.

Puncaknya, Ayang harus berhadapan dengan Noelle Nikki Zoleta dari Filipina di final. Air mata Ayang pun pecah saat bola pengembalian dari Zoleta nyangkut di net, memastikan emas ke genggaman Indonesia.

“Saya sangat emosional ketika pada akhirnya perjuangan dan sakit yang saya derita Alhamdulillah berbuah manis. Perjuangan juga makin sulit ketika saya ketinggalan skor 1-3, dan 0-2 di skor kecil, dan bagaimana saya harus memutar otak dan bermain pintar aja agar bisa mengejar skor yang sudah ketinggalan jauh,” tutur Ayang.

Setelah perjuangan tersebut, Ayang tampak bersujud sambil menangis. Rekan-rekannya, sesama petenis dan official tim Indonesia, berhamburan ke lapangan untuk memeluknya. Suasana haru pun menyelimuti kontingen Indonesia.

Dwi Rahayu Pitri yang terduduk sambil menyeka air mata dibantu rekan-rekannya untuk berdiri seusai memastikan meraih medali emas nomor tunggal putri SEA Games 2023 di Olympic Stadium Phnom Penh, Rabu (10/5/2023).

“Saya mencoba ambil poin satu per satu, karena di final ini seperti adu fisik saja. Kuat-kuatan fisik, siapa yang kuat, dialah yang menang. Makanya setelah final itu, saya merasa lega sekali. Saya sudah bisa melewati semua ini, dan saya tidak menyangka bahwa saya, seorang ibu dari satu anak, masih bisa dan masih sanggup,” pungkas Ayang.

Perjuangan Ayang adalah gambaran nyata dari semangat juang yang membara, yang mampu membawa dirinya menapaki tangga kejayaan meski di tengah rintangan berat. Kisahnya adalah bukti bahwa keberhasilan tak lepas dari perjuangan, dan medali emas yang kini melingkar di lehernya adalah hasil dari keteguhan hati dan kegigihan yang luar biasa.

Kini, Ayang berdiri sebagai pahlawan olahraga Indonesia, membawa pulang emas dan kebanggaan bagi negeri ini. Namun, di balik semua itu, ia juga adalah simbol perjuangan dan ketabahan, mengingatkan kita semua bahwa setiap kemenangan memiliki cerita, setiap medali memiliki harga, dan setiap pahlawan memiliki perjuangan.

Sebuah perjuangan yang tidak hanya tentang memenangkan pertandingan, tapi juga melawan rasa sakit, keraguan, dan ketakutan. Sebuah perjuangan yang mengajarkan kita tentang arti sebenarnya dari kata “juara”: bukan hanya orang yang menang, tapi orang yang tidak pernah menyerah mengubah kemustahilan menjadi keberhasilan. (ril)

News Feed