PALEMBANG – Hari keempat rangkaian peringatan Pertempuran 5 Hari 5 Malam di kota Palembang yang di pusatkan di Gedung Kesenian Palembang , Kamis (4/1) di warnai dengan Diskusi Kebangsaan Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang, “ Gema Perang Rakyat di Sumatera Selatan 1945-1949” : Dokumentaria Dari Pejuang Kolonel M Danny Effendi.
Dengan narasumber Sejarawan UIN Raden Fatah Palembang Dr (Cand) Kemas Ari Panji Msi, Sejarawan dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Dedi Irwanto MA dan moderator Vebri Al Lintani.
Hadir Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumatera Selatan Merry Hamraeny, S.Pd, M.M , kalangan mahasiswa dari sejumlah kampus di Palembang dan masyarakat umum.
Sejarawan UIN Raden Fatah Palembang Dr (Cand) Kemas Ari Panji Msi mengatakan, Kolonel M Danny Effendi adalah seorang pejuang yang pada saat itu sebagai komandan fdari Resimen XVII di Divisi II yang berada di Prabumulih.
“ Setelah tanggal 25 Desember tahun 1946, Danny Effendi mendapatkan informasi (kawat) dari Palembang bahwa kondisi di Palembang itu dalam keadaan waspada, jadi beliau berkesimpulan untuk mengambil bala bantuan untuk memperkuat keamanan di Palembang,” katanya.
Saat terjadinya Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang, Danny Effendi langsung memimpin langsung pasukannya.
“ Beliau dan pasukannya bertempur melawan Belanda di dekat Pasar Cinde itu, Lr Lingkis sampai ke Charitas , beliau ini tokoh yang tidak ingin kembalinya penjajahan dan beliau pimpinan militer agak keras dan pihak yang tidak setuju adanya gencatan senjata dengan Belanda di Palembang karena menurutnya Palembang memiliki peluang menang, karena di kondisi hari ke 5 Belanda dalam keadaan terkepung, namun karena sudah menjadi keputusan pusat maka dia tidak bisa menolak, dengan terpaksa Danny Effendi mengikuti keputusan pusat,” katanya.
Sedangkan Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Dedi Irwanto MA menjelaskan dua puluh tujuh tahun setelah pengakuan kedaulatan, Kolonel M. Danny Effendi menuliskan dokumentaria Gema Perang Rakyat di Sumatera Selatan 1945 – 1949.
Buku ini menurutnya merupakan dokumentasi pertama mengenai peristiwa panjang masa revolusi fisik di Palembang dan Sumatera Selatan. Tulisan ini dikisahkan langsung oleh pelaku peristiwa Perang Rakyat di Sumatera Selatan yang dipersembahkan untuk generasi mendatang.
Selain itu menurut Dedi, buku ini sangat penting. Mengingat generasi muda sudah banyak yang lupa peran para pelaku dalam perang rakyat di Sumatera Selatan.
“Ambil contoh nama tokoh penulis buku ini, Brigjen Danny Effendi. Diabadikan dalam salah satu nama jalan poros di Kota Palembang. Namun masyarakat kadang tidak menyebutnya dengan Jalan Danny Effendi. Tapi lebih senang menyebut nama jalan tersebut dengan nama Jalan Radial. Kita harus ingatkan supaya masyarakat tidak lupa dengan nama tokoh Danny Effendi”, kata sejarawan kelahiran Pedamaran, OKI ini.
Selain itu, menurutnya buku ini mendokumentasikan banyak hal. Salah satunya bagaimana peran yang dimainkan oleh para pelaku sejarah di masa Perang Kemerdekaan.
Baik oleh kekuatan sipil maupun kekuatan militer serta kelasykaran rakyat. Para tokoh militer dan lasykar rakyat berjuang di medan tempur.
Yang kemudian dieksekusi kekuatan sipil di meja perundingan. Perang dalam buku ini bukan persoalan menang-kalah. Namun lebih jauh mengajarkan bagaimana pemimpin kita saat itu, baik sipil dan militer, bersiasat dan membuktikan bahwa pemerintahan di Sumatera Selatan saat itu masih ada.
“Sehingga diakui secara nasional dan Internasional dan membawa pada pengakuan kedaulatan Indonesia”, tambah Sejarawan Dr. Dedi Irwanto
Sedangkan moderator yang juga budayawan Palembang Vebri Al Lintani menilai generasi muda atau milenial saat ini memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Sebagai agen perubahan jiwa patriotisme, rasa cinta tanah air bisa diwujudkan salah satunya dengan ikut mengingat kembali sejarah perjuangan bangsa.
“Saking menariknya tulisan ini, maka kita bahas dan diskusikan dalam Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam hari keempat ini. Buku ini tidak saja mengisahkan perang itu sendiri. Termasuk jalannya Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang. Namun juga menarasikan berbagai perlawanan rakyat di Sumatera Selatan selama Perang Kemerdekaan. Buku ini ditujukan langsung untuk generasi atau gen X agar dapat mengingat perang rakyat tersebut. Oleh sebabnya sengaja kami mengundang para mahasiswa semester awal. Baik dari Unsri, UPGRI, UMP dan UIN RF Palembang. untuk mendiskusikan buku ini”, kata Vebri.
Diskusi buku Gema Perang Rakyat di Sumatera Selatan, 1945-1949 yang didokumentasikan oleh Kolonel M. Danny Effendi berjalan menarik di Gedung Kesenian Palembang. Terbukti banyak para peserta yang bertanya banyak hal tentang Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang.
“Ini juga misi kita mengadakan Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang ini. Kita selain mengkritisi minimnya konstribusi Pemkot dan Kodam II Sriwijaya dalam peringatan peristiwa ini. Kita juga mengajak anak-anak muda untuk ikut menyemarakan Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, sebab nanti merekalah setelah kita yang akan mengingat peristiwa besar di Kota Palembang tersebut”, kata Vebri.
Sedangkan untuk Hari kelima rangkaian peringatan Pertempuran 5 Hari 5 Malam di kota Palembang yang di pusatkan di Gedung Kesenian Palembang , Jumat (5/1) nanti di gelar Dialog “ Memupuk dan Meneguhkan Jiwa Patriotisme Melalui Peringatan Pertempuran 5 Hari 5 Malam” dengan narasumber Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja SH M Kn , Ketua DPD LVRI Provinsi Sumsel Dr Ramses P.N.D. Min dan budayawan Palembang Vebri Al Lintani dan pembagian hadiah lomba-lomba.