LUBUKLINGGAU, MS – Anjloknya harga karet dan komiditi lain serta kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat menyebabkan perlambatan ekonomi yang berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan Kota Lubuklinggau menanjak dari 12 persen menjadi 15,16 persen.
Sekertaris Daerah Kota Lubuklinggau, H A Rahman Sani menerangkan trend angka kemiskinan memang mengalami peningkatan dari 12 menjadi 15,16 persen, hal ini disebabkan tidak lain adanya perlambatan ekonomi masyarakat. “Kita sedang mengkaji bagaimana cara untuk menakan angka ini agar bisa menurun, karena setiap tahunnya tren kemiskinan itu harus turun,” kata Sekda.
Sedangkan, Kepala Bappeda Lubuklinggau, Hj Faridah Aryani menjelaskan bahwa persantase kemiskinan berdasarkan data terakhir BPS 2014 -2015 yakni 15 persen dari jumlah penduduk (216 ribu) atau setara dengan 32.400 jiwa penduduk miskin yang tersebar di delapan kecamatan 72 kelurahan dan 513 RT.
“Iya memang meningkat menjadi 15,16 persen,hal ini disebabkan pelambatan ekonomi dimana saat ini harga karet. Dan beberapa komiditi komiditi menurun. Sementara kebutuhan pokok naik, ini salah satu penyebab perlambatan ekonomi,” kata Farida.
Kenaikan harga-harga sembako, sayuran dan kebutuhan lainnya menjadi pemicu kenaikan angka kemiskinan Kota Lubuklinggau. Karena itu, belanja rumah tangga yang menjadi kebutuhan pokok harus ada batas maksimalnya.
“Angka ini tersebar di delapan kecamatan, nah wilayah yang paling dominan masih kita lakukan pemetaan, kita akan melakukan analisa karena karakteristik masing-masing kecamatan berbeda, contoh timur II kasusnya kumuh, sedangkan daerah selatan indikasinya banyak kematian ibu cukup tinggi, Kita mau menganalisa dulu kondisi di kecamatan,” ungkapnya.
11 Kelurahan kumuh di Kota Lubuklinggau dapat menjadi cermin penduduk miskin yang ada, namun wilayah non kumuh juga terdapat kemiskinan. “Biasanya seperti itu (daerah kumuh itu miskin), tapi tiga hari ini mau kita kupas dengan data yang ada daerah mana yang paling dominan, kita lihat tiga indikatornya, pendidikan,kesehatan dan infrastrukturnya,” tegasnya.
Setiap kecamatan itu biasanya ada wilayah kumuh dan miskin, kelurahan kumuh kita terdapat di 11 kelurahan, ini akan kita lihat permasalahannya apa dan bagaimana pengentasannya akan segera dikupas.
Dia berharap angka kemiskinan 15 persen tersebut dapat menurun setelah dilakukan upaya pengentasan, sebab jika ketiga indikator kemiskinan sudah terpenuhi maka angka tersebut dapat menurun.
“Pendidikan dan Kesehatan serta infrastruktur itu tiga indikator penting, kalau terpenuhi disetiap wilayah maka kemiskinan akan berkurang, misal wilayah kumuh berarti lebih fokus pada pembangunan infrastruktur Sanitasi dan kebersihan lingkungan atau PHBS,” pungkasnya. (Dhiae)