PALEMBANG, MS – Para petugas medis menjadi prajurit terdepan ‘memerangi’ virus corona. Mereka berhadapan langsung dengan pasien yang terjangkit virus Covid-19.
Di tengah keterbatasan alat dan fasilitas kesehatan, para petugas medis amat rawan terpapar virus corona.
Namun, walau berisiko terpapar virus dan minimnya alat kesehatan, mereka terus bersemangat untuk bekerja memberikan pelayanan dan pengobatan kepada para pasien.
Alat pelindung diri (APD) bagi para petugas medis merupakan pertahanan utama dalam menangkal Covid-19.
Alat itu seperti masker, kacamata pelindung, pakaian pelindung tubuh ‘hazmat’, dan sarung tangan.
Perawat RS Palembang Evi Susanti, ia menceritakan kesulitan yang dihadapi. Pertama, kata dia, para perawat harus mengenakan APD hampir sepuluh jam.
“Bagaimana kalau lapar, haus dan lainnya? Bagi yang sudah biasa puasa akan oke sih. Tapi untuk menahan pipis (buang air kecil, red) itu susah sih. Kalau saya sih mentalnya belum kuat untuk pakai popok. Jadi saya berusaha menahan sekuat mungkin,” kata ibu dua anak ini.
Ia melanjutkan, para petugas medis pun selalu was-was jika pakaian pelindung tubuh yang bolong.
“Ada keparnoan kalau ada bolong sedikit saja, parno gitu kan, jadi benar-benar keep checking ke teman, Jika ada yang sobek terus langsung diselotip. Itu sebenarnya agak ribet karena tiap kali lihat bolong langsung cari selotip dan pasang dulu,” ujarnya.
Menurutnya, selama bekerja di Wisma Atlet, para petugas medis tinggal di sana, tidak boleh ke mana-mana dan akan dikarantina 14 hari jika tugasnya selesai.
Ia menceritakan bagaimana makan dan rasa ransum.
“Jadi masaknya di dalam kotak ini, ada nasinya juga. Terus ini rasa nasi sambel goreng daging. Jadi di dalamnya ada dagingnya. Enak kok, beneran enak saya tidak bohong,” ujar Evi yang selalu tersenyum.
Apa yang dirindukan Evi?
Ia mengaku kangen dengan keadaan dunia seperti dulu, seperti jalan-jalan ke luar dan mengunjungi restoran yang baru buka.
“Virus itu tidak bisa dilihat, bahkan waktu masuk dalam tubuh kita saja kita tidak tahu. Sampai akhirnya kita tiba-tiba sakit dan menular. Terus terang waktu teman-teman saya tanya bagaimana rasanya mau masuk ke Wisma Atlet itu, saya takut sih.”
Ia pun berpesan ke pada masyarakat untuk tinggal di rumah, dan jaga jarak.
“Kami, tenaga medis ikhlas membantu pasien Covid-19. Lalu, bagaimana cara meminimalisasikan apa yang sudah terjadi. Pasien yang sudah terinfeksi bagaimana caranya supaya dia bisa terselamatkan. Tapi poinnya di sini kan, bagaimana tidak bisa tersebar?”. (novas riady)
