PRABUMULIH., MS – Masih belum stabilnya harga karet tentunya sangat menyulitkan kehidupan para petani karet. Kondisi ini mengakibatkan banyak petani karet mengeluh dan belasan lainnya terpaksa beralih profesi.
Bahkan guna memenuhi kebutuhan hidup, tidak sedikit warga kota Prabumulih khususnya petani karet menjual lahan miliknya kepada pengusaha untuk dijadikan lahan kaplingan perumahan.
Situasi seperti ini tentu menjadi sangat penting bagi pemerintah untuk membuat regulasi atau kebijakan khusus terhadap petani karet nasional. Dan sudah, menjadi kewajiban dari pemerintah untuk menyelamatkan hidup para petani dan pertanian karet itu sendiri.
Menurut Anggota DPRD Kota Prabumulih Adi Susanto SE mengatakan, pihaknya akan mendorong pemerintah pusat dan provinsi dapat memberikan kebijakan atau program yang dapat membantu petani dalam menghadapi anjloknya harga karet di Sumatera Selatan, Prabumulih pada khususnya.
“Sejauh ini pihaknya telah banyak menerima keluhan para petani karet kota Prabumulih dengan harga karet yang terus menerus mengalami penurunan. Permasalahan yang dialami oleh petani karet ini bukan saja menjadi urusan pemerintah kota, ini juga merupakan masalah pemerintah pusat dan provinsi,” ungkapnya, Minggu (23/10) ketika dibincangi dikediamannya.
Melalui lembaga DPRD, sambung Adi Susanto, pihaknya akan mendorong agar permasalahan harga karet petani nasional segera mendapatkan perhatian khusus pemerintah pusat. “Nasib petani karet diseluruh Indonesia bergantung kepada kebijakan pemerintah pusat untuk segera dicarikan solusi terbaik. Setidaknya pemerintah pusat mampu menerbitkan regulasi khusus agar nilai jual karet petani nasional akan terus terangkat,” katanya.
Masih kata Adi Susanto, pemerintah juga harus menyiapkan pabrik – pabrik tertentu, yang mampu menyerap sebagian besar hasil pertanian karet secara nasional. “Karena kalau di ekspor keluar, kita banyak saingan. Sebab, sebagian negara khususnya dalam regional ASEAN, sudah melakukan produksi sendiri, sehingga keadaan itu memaksa kita untuk menyiapkan pabrik sendiri. Lagi pula ekspor barang jadi lebih mahal ketimbang ekspor bahan bakunya, karena itu karet yang masih mentah, harus diolah terlebih dahulu dan itu menjadi tugas dari pemerintah,” tandasnya.
Sementara itu, salah seorang petani karet yakni Rozi (30) menerangkan bahwa dirinya hanya mengandalkan pertanian karet miliknya untuk menghidupi seluruh anggota keluarganya. “Kita tak punya keahlian lain, hanya di bertani karet inilah, jadi besar harapan kita agar pemerintah mencarikan solusi yang terbaik. Agar harga karet dapat naik lagi,” pungkasnya. (nor)
