Palembang, MS – Pengamat politik Joko Iswanto menilai, aksi bela Islam (ABI) jilid III yang akan dilaksanakan pada 2 Desember mendatang tidak relevan.
Menurut dia, tuntutan yang diajukan pada ABI Jilid II sudah dipenuhi, masyarakat sebaiknya menghormati proses hukum. “Masyarakat seharusnya mengerti mengenai proses hukum, jangan main paksa apalagi harus melakukan aksi lagi. Itu terkesan arogan,” ujarnya.
Rencana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI untuk menggelar ABI Jilid III menuai banyak kritik oleh masyarakat, karena dinilai sangat dipenuhi oleh intrik politik. Banyak isu beredar ABI III ditunggangi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan.
Joko Iswanto mengatakan bahwa ada pihak ketiga yang mengambil keuntungan atas kasus Basuki Thahja Purnama atau yang dikenal dengan sebutan Ahok. Pihak itu merupakan pihak yang tidak senang akan posisi Ahok di Jakarta. “Ya kalau partai politik formal yang menunggangi tidak ada, saya yakin tidak ada yang mau mengaku,” imbuhnya.
Berkembangnya aksi-aksi demo saat ini disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran dan kedewasaan demokrasi di Indonesia. Rektor Universitas Taman Siswa Palembang menjelaskan, ciri-ciri demokrasi itu sangat bagus, sangat agamis dan religius. Dalam demokrasi disebutkan tentang makna kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, menegakkan etika dan hukum serta tidak ada diskriminasi. “Saya kira kalau kita dewasa berdemokrasi, tidak akan ada masalah. Yang bermasalah itu hanya karena kepentingan,” jelasnya.
“Jadi apapun alasannya, demo yang mau direncanakan besok itu tidak relevan, ya seperti saya katakan tadi itu lebay,” tegasnya. (za)