PAGARALAM, MS – Tuk… tik… tak… tik… tuk… tik… tak…. suara sepatu kuda…..” Begitulah kutipan dari lagu anak-anak yang berjudul Naik Delman. Kini itu dapat dinikmati jika sedang berwisata ke areal perkebunan teh Gunung Dempo Kota Pagar Alam. Delman merupakan kendaraan transportasi tradisional yang beroda empat namun tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya.
Ketika berbicara mengenai delman pasti tidak terlepas dari orang yang mengemudikannya saat dibincangi diareal Gunung Gare pada Sabtu (06/11/2021) yang sering terdengar namanya Bapak H Muhamat Yusup yang sering dipanggil Yuhanis warga Desa Pagar Jaya, Kecamatan Pagar Alam Selatan Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ketika pria berusia 67 tahun ini sedang melewati sebuah gerbang retribusi wisata gunung dempo bersama Delmanya.
Dikatakan dia, kurang lebih tiga perempat dari hidupnya telah menjalani untuk menjadi kusir delman. “Ya sudah 20 tahun saya menjadi kusir delman,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk penghasilan itu sendiri berkisar Rp 10.000-Rp 150.000 dalam sehari. “Alhamdulillah cukup buat makan. Yah, dicukup-cukupin aja Nak, dan mau gimana lagi rezekinya dikasih segitu sama Allah,” ungkapnya.
Ia mulai bekerja sejak pukul 07.00 pagi hingga pukul 16.00 sore. Setiap ia mangkal menunggu penumpang di Areal Wisata Kebun teh Gunung Dempo dan sekitarnya. “Trayek delmannya untuk anak-anak Rp10.000 sedangkan untuk dewasa Rp 15.000,” jelasnya.
Menurut dia, biasanya penumpang delman adalah kebanyakan anak-anak, kadang baru mulai ada yang naik setelah pulang sekolah. “Kalau diakhir pekan biasanya banyak tamu yang berwisata dan menginap di Villa sehingga saya mulai berkeliling di areal wisata untuk menawarkan bekeliling naik delmannya,” ujarnya.
Dalam menggeluti pekerjaan ini tentunya suka dukanya menjadi seorang kusir kuda sangat banyak. “Sukanya kalau lagi banyak penumpang, jadi uang yang dibawa pulang juga banyak. Kalau dukanya pasti pas lagi sepi terus kalau lagi sepi enggak ada yang naik pastinya sedih,” ungkapnya.
Lanjut masih dikatakan dia menjadi kusir memang bukanlah profesi yang istimewa dan menghasilkan uang banyak. Namun pekerjaan ini menjadi sangat istimewa karena ia bekerja keras hanya untuk menghidupi keluarganya agar tetap bertahan dalam menjalani kerasnya hidup.
Ia akan terus menjadi kusir kuda, hingga tubuh rentanya sudah tidak kuat lagi mengatur jalannya delman. Ketika keadaan yang memaksanya untuk bekerja keras menjadi kusir di usia yang sangat muda, maka keadaan jugalah yang akan membuatnya berhenti dari pekerjaan yang telah menghidupi keluarganya.
Sementara penumpang delman, Dedi mengatakan tidak sengaja berjalan jalan di seputaran perkebunan teh sesampainya di depan Tugu Bunga ada seorang kusir delman yang menawarkan jasa delmannya kepada dirinya beserta anaknya. “Awalnya saya tidak berniat naik delman itu, namun terlintas dalam pikiran saya tidak ada salahnya saya naik untuk berkeliling sambil memandang dan menikmati keindahan wisata perkebunan teh di Kota Pagar Alam ini sekaligus bisah mengobrol dengan kusir tersebut,” ujarnya Dedi pengunjung dari Palembang. (Len)
