Indralaya – Wakil Ketua DPW PAN Sumsel Arhandi menilai Iskandar gagal memimpin PAN menjadi partai besar dan bergengsi di Sumsel. Bahkan ia membandingkan kepemimpinan antara Fatimah Rais dan Iskandar.
Menurut Arhandi dimasa lampau kepemimpinan Fatimah Rais lebih banyak melakukan pengkaderan dan pembinaan. Padahal saat Fatimah Rais berjuang semuanya serba terbatas, fasilitas tidak ada, belum ada bupati dari PAN, dan sebagainya. Namun bisa mengantarkan kader PAN menjadi unsur pimpinan di DPRD Sumsel kala itu
“Ada beberapa kelebihan Fatimah Rais yaitu benar-benar turun ke lapangan, melakuka pembinaan terhadap kader keliling di setiap kabupaten/kota, melakukan rapat ditingkat partai, konsolidasi rutin, baik siang dan malam hari. Untuk kader-kader yang mau caleg ini diberikan pelatihan kaderisasi (lkad) untuk kab, provinsi (lkm), sehingga di banyak tempat berhasil tingkat DPRD Sumsel dan kabupaten/kota,” ucapnya, Senin (19/2/2024).
Dikatakan Arhandi, sangat berbeda dengan kepemimpinan Iskandar yang jauh dari kata sukses. Disebutkannya untuk menghadiri rapat rapat hampir tidak pernah baik internal bulanan maupun rapat lainnya di DPW PAN Sumsel, hanya sebatas OKI karena memimpin disitu sewaktu menjadi bupati OKI. Selain itu pelatihan kader untuk caleg terakhir-terakhir ini tidak dilakukan lagi.
“Akibatnya kader-kader ini banyak yang tidak paham tentang pendekatan ke masyarakat, tidak melakukan strategi, motivasi, bahkan di OKI tidak pernah meraih kursi pimpinan untuk DPRD OKI. Padahal Iskandar adalah bupatinya dan OKI merupakan kampung halamannya. Selain itu suara di Palembang dan Ogan Ilir juga mengakami kemerosotan. Hanya saja anggota DPRD Empat Lawang yang naik tajam hingga tembus 14 kursi dari sebelumnya 8kursi, namun hal tersebut dilakukan pembinaannya oleh Joncik yang merupakan kader PAN,”terangnya.
Ia menambahkan, jika ingin memajukan partai harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas agar partai tersebut menjadi besar dan bergengsi.
“Di partai ini sebagai ketua harus bekerja dengan sungguh-sungguh mau berkorban, kehilangan waktu, kehilangan materi, kader di suport, bekerja dengan ikhlas. Kalau begini ceritanya saya nilai kepemimpinan Iskandar dalam memimpin PAN Sumsel adalah gagal. Dia gagal membawa PAN sebagai partai besar dan partai bergengsi. Jadi seharusnya dia itu eling dan sadar diri, kalau memang saat memimpin organisasi menjadi tidak bagus maka harus legowo mundur sebagai Ketua DPW PAN Sumsel,”tegasnya. (AL)